Prinsip dasar motor seri arus searah.
Pada
umumnya motor stater yang digunakan untuk motor mobil adalah motor seri arus
searah seperti yang ditunjukkan pada gambar prinsip berikut ini.
Gambar 1.14
Motor seri DC : Kumparan medan terhubung seri
dengan kumparan anker.
1. Sifat starter.
Tenaga
putar (torsi) yang dihasilkan oleh motor starter akan semakin besar berbanding
proporsional dengan arus yang mengalir dari baterai. Makin rendah putaran makin
besar arus yang mengalir sehingga menghasilkan tenaga putar yang besar. Semakin
tinggi putaran motor maka timbul arus lawan (induksi diri) pada kumparan anker,
sehingga arus yang mengalir pada motor starter menjadi kecil dan mengakibatkan
tenaga putar yang dihasilkan rendah.
Putaran
motor dapat menjadi lebih tinggi, tergantung pada perbandingan tegangan yang
diberikan pada motor starter. Hal ini terutama diperlukan pada waktu menstart
motor, dimana diperlukan tenaga yang besar sekali.
Gambar 1.15, menunjukkan
tegangan yang diberikan pada starter ketika dilakukan pengujian kapasitas. Dari
hasil tes tersebut menunjukkan apabila tegangan pada motor starter bertambah
besar, maka kapasitasnya akan menurun. Dengan demikian kapasitas motor starter
sangat erat hubungannya dengan tegangan baterai.
Hubungan antara kecepatan putar motor
starter dan arus.
Hubungan antara kecepatan putar
dan arus dapat dilihat pada Gambar 1.15.. Pada saat distart, arus yang mengalir
menurut grafik pada putaran nol, adalah 330 A (lihat titik perpotongan antara
putaran / rpm, arus dan tegangan).
Pada waktu itu tegangan terbaca
5,5 V (tarik garis vertikal memotong garis tegangan dan dari titik tersebut
tarik garis horizontal memotong V). Atas dasar ini dihitung jumlah tahanan (R)
dari Kumparan medan
dan Kumparan angker menjadi:
R
=
Pada waktu motor stater berputar
mencapai putaran 5000 rpm, arus pada starter pada tegangan 11 V akan menjadi:
I =
Tetapi keadaan i sebenarnya
seperti dilihat pada grafik 1.15 arus yang mengalir hanya 70 A. Hal tersebut
disebabkan karena adanya arus lawan (Induksi diri) pada kumparan anker, maka arus balik ini
menjadi penghambat mengalirnya arus dari baterai. Besarnya arus dihitung
sebagai berikut :
I =
Menjadi:
e = V – IR
Berdasarkan rumus
diatas, maka dapat dihitung sebagai berikut :
e
= 11 – 70 x 0,016 = 9,88V
Jadi arus 11 Volt yang dialirkan
oleh 330 A dengan 5,5 Volt akan menjadi
70 Ampere, hal ini disebabkan karna adanya tegangan balik dari Kumparan angker
kira-kira sebesar 9,88 Volt.
I =
Apabila motor mulai berputar dan
bila hambatan putaran berkurang, maka torsi dari starter menjadi kecil,
kecepatannya akan naik, tetapi karena bertambahnya arus lawan, maka arus yang
mengalir pada anker menjadi berkurang. Akibatnya arus ke kumparan medan, kumparan angker
akan berkurang sehingga motor starter akan menstabilkan putarannya. Pada saat
hambatan putaran membesar putaran motor starter lambat, arus lawan pada
kumparan angker dan kumparan medan
kecil, torsi yang dihasilkan akan menjadi besar
Kecepatan putar poros engkol.
Seperti yang telah diterangkan
terdahulu bawah fungsi motor starter yang dii kehendaki adalah memutarkan motor
secukupnya untuk memperoleh putaran minimum sehingga proses pembakaran dalam
silinder motor bisa berlangsung.. Kecepatan minimum yang dibutuhkan untuk
menstarter motor, disesuaikan dengan kecepatan putaran poros engkol adalah
sebagai berikut:
a
Model motor
Yang
di maksudkan model motor di sini adalah meliputi banyaknya silinder, volume
silinder, bentuk ruang bakar dan sifat-sifat karburatornya.
b
Kondisi motor
Pengertian
disini adalah meliputi temperatur tekanan udara, campuran udara bensin dan
loncatan api
c
Faktor lain
Adalah
putaran minimum yang di butuhkan untuk menghidupkan motor , terutama pada saat
temperatur rendah.
Kecepatan
putar poros engkol (Cranking speed) pada motor yang normal,, tekanan kompresi
baik, dan campuran udara serta saat pembakaran yang baik untuk motor bensin
yang mempunyai 4 ~ 6 silinder dengan besar cc-nya 100 s/d 2000 adalah 60~ 90
rpm. Untuk jelasnya berikut ini contoh kecepatan putar engkol adalah sebagai
berikut :
Motor
bensin
Motor
diesel
|
1
~ 2 silinder (500 cc)
|
120
rpm
|
4
~ 6 silinder (1000 -
2000 cc)
|
60
~ 90 rpm
|
|
4
silinder
|
90
rpm
|
|
6
silinder
|
100
rpm
|
Apabila putaran
start dengan kecepatan putar melebihi ketentuan diatas, namun motor masih belum
hidup, maka dapat dipastikan adanya kerusakan pada sistem yang lain. Sedangkan
pada waktu motor distart, tegangan pada baterai tidak menurun, maka poros
engkol dapat distart kembali dengan putaran poros engkol (40 ~ 60 rpm). Tapi
jika pada saat distart, putaran yang lebih rendah dari ketentuan diatas maka
arus besar mengalir pada motor starter dan mengakibatkan tegangan baterai
turun, dan bila saat ini tegangan coil pengapian berada dibawah normal ( ±
8 Volt) maka ignition (penyalaan) tidak berfungsi. Kecepatan putar poros engkol
minimum yang dibutuhkan apabila tegangan baterai menurun, sekurang-kurangnya
sebesar 60 rpm.
2. Pentingnya “ Torsi” Untuk Menggerakkan
Motor.
Torsi yang dihasilkan oleh motor
starter merupakan faktor penting dalam menentukan apakah sistem starter dapat
berfungsi dengan baik atau tidak. Setiap motor mempunyai maksimum torsi yang
dihasilkan, misal untuk motor 4 silinder dengan 1.500 ~ 2.000 cc maksimum
torsinya adalah ± 0,8
~ 1,0 kg-m.
Untuk dapat menggerakkan motor dengan
kapasitas tersebut, diperlukan torsi yang melebihi (sampai 6 kg m) tetapi dalam
hal ini starter hanya mempunyai torsi ± 0,8 ~ 1,0 kg-m, tentu kemampuan tersebut tidak dapat
memutar poros engkol. Untuk memperbesar torsi yang dihasilkan, maka dilakukan
dengan bantuan roda gigi (gear).
Jumlah
gigi pinion dan ring gear biasanya berbanding 10 – 13, maka torsi akan menjadi
10 ~ 13 kali lebih besar. Sebagai contoh digunakan motor 12R dengan
perbandingannya adalah sebagai berikut :
Jumlah gigi
starter pinion 9
Jumlah gigi ring gear 115
Jumlah perbandingan gigi
Pada saat torsi yang diperlukan
poros engkol sebesar 6 kgm, maka torsi yang diperlukan untuk starter adalah:
Dengan demikian dapat diketahui
bahwa torsi yang diperlukan untuk starter adalah 0,47 kg-m.gambar 1.12 dibawah
menunjukkan data output starter yang diperlukan oleh motor 12R.
Pada gambar 1.11 sebelumnya
terlihat ketika torsi starter 0,47 kg-m, putaran adalah ± 1.700 rpm. Dari sini dihasilkan
putaran motor (NE) adalah:
.
Pada saat motor mulai berputar,
tahanan putarannya kecil yang mestinya lebih besar dari itu. Karena tegangan
pada starter dapat dihasilkan putaran yang cukup pada permulaan starter.
3.
Pengaruh
Temperatur Rendah Terhadap Penentuan Jenis Starter.
Tinggi rendahnya temperatur juga
ikut menentukan jenis starter yang bagaimana cocok dipergunakan untuk suatu
motor. Makin rendah temperatur berarti tahanan putaran motor makin bertambah,
sehingga membutuhkan torsi yang lebih besar pula untuk dapat memutarkan engkol.
Untuk memenuhi kebutuhan ini, diperlukan suatu starter yang mempunyai daya
tahan panas yang tinggi, ukurannya kecil dan ringan, dengan kecepatan fall gear
dapat membangkitkan torsi yang lebih besar lagi. Jenis starter yang dapat
memenuhi kondisi seperti diatas, dikenal dengan starter reduksi. Penggunaan
sifat starter reduksi yang dapat menimbulkan torsi yang besar pada waktu start,
dan dengan menyesuaikan tenaga baterai, maka mampu distart pada waktu
temperatur rendah.
Sifat “ Start” pada Temperatur Rendah.
Mengenai sifat-sifat start pada
temperatur rendah dapat dijelaskan dengan bantuan gambar output starter reduksi
(1,0 kw) yang digunakan pada motor 12R.
Motor 12 R yang menggunakan baterai 50
AH dan distart pada waktu temperatur
rendah adalah seperti berikut
ini. Pada temperatur rendah
(-250C)
tahanan putaran motor bertambah, diperlukan torsi yang berkekuatan ±
11,5 kg-m dengan putaran poros engkol ± 80 rpm.
Jumlah gigi pinion starter 9
Jumlah gigi ring gear 115
Jadi
perbandingan
Untuk menggerakkan poros engkol
diperlukan torsi pada starter sebagai berikut :
Dalam gambar, starter out put
(gambar 1.17) pada saat torsi 0,90 kg-m, putaran starternya adalah ±
1.100 rpm. Dari data ini diperoleh data putaran (NE) sebagai berikut :
NE
= rpm
Yang dianggap cukup baik untuk
putaran pada start pertama. Pada waktu ini arus yang mengalir ke starter adalah
250 A. Tetapi, jika kapasitas baterai besar dan mencukupi, tegangan tidak akan
berkurang, dengan catatan tegangan pada starter dapat dijaga lebih dari ± 8,0
V, ,maka yang diperlukan untuk start pertama sudah terpenuhi.
Tetapi hal yang perlu
diperhatikan di sini adalah, bahwa pada waktu temperatur rendah maka tegangan
terminal baterai akan rendah pula. Jadi pada waktu temperatur rendah, untuk
membangkitkan kapasitas starter reduksi yang cukup maka kapasitas baterai harus
lebih besar pula. Jelaslah bahwa kapasitas baterai merupakan faktor yang
terpenting.
0 komentar:
Post a Comment